0
0
Filosofi pengasuhan anak di Asia Timur memiliki perbedaan mencolok, terutama antara Tiongkok dan Jepang, yang mencerminkan prioritas budaya dan nilai-nilai sosial masing-masing negara. Memahami perbedaan ini penting karena membentuk perspektif anak terhadap pencapaian, masyarakat, dan diri mereka sendiri.
Pengasuhan di Tiongkok seringkali dicirikan oleh pendekatan yang intensif dan berfokus pada prestasi (achievement-oriented), yang dikenal dengan istilah “Ibu Macan” (Tiger Mother). Prioritas utama adalah keberhasilan akademis dan hasil ujian yang tinggi, sebagai tiket menuju masa depan yang sukses dan pemenuhan harapan keluarga. Tuntutan ini seringkali menghasilkan jadwal ekstrakurikuler yang padat dan tekanan besar.
Sebaliknya, Jepang menekankan kemandirian, disiplin diri, dan keharmonisan kelompok (wa). Pengasuhan awal lebih berfokus pada pendidikan karakter, etiket sosial, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Meskipun akademis penting, penekanan juga diberikan pada tanggung jawab individu (seperti membersihkan ruang kelas sendiri) untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Perbedaan kunci terletak pada tujuan akhir: Tiongkok sering memprioritaskan keunggulan individu yang terukur, sementara Jepang memprioritaskan keseimbangan sosial dan self-reliance. Kedua model menghadapi kritik; Tiongkok dengan isu stres anak, dan Jepang dengan isu kurangnya individualitas.
Namun, di era globalisasi, kedua negara mulai menunjukkan adanya pergeseran, di mana orang tua Tiongkok mencari keseimbangan hidup, dan orang tua Jepang mencari cara untuk memupuk kreativitas dan individualitas anak.
Intisari: Parenting di Tiongkok berorientasi prestasi tinggi dan intensif (Tiger Mother), memprioritaskan keunggulan akademis; Sementara parenting Jepang berfokus pada kemandirian, disiplin, dan keharmonisan kelompok (wa), menekankan tanggung jawab sosial.
