Dalam budaya konsumerisme, muncul gaya hidup hedonisme modern yang mengedepankan pencarian kesenangan sesaat. Dari nongkrong di kafe mahal hingga traveling eksklusif, semua jadi simbol status sosial.
Media sosial memperkuat tren ini. Foto liburan, barang mewah, atau makanan fancy dipamerkan untuk mendapatkan validasi berupa likes dan komentar.
Namun, hedonisme sering membawa kehampaan. Banyak orang merasa senang sesaat, tapi hampa setelahnya karena kesenangan itu tidak bertahan lama.
Psikolog menilai hedonisme modern sebagai bentuk pelarian dari tekanan hidup. Ketika stres meningkat, orang mencari kesenangan instan untuk mengimbanginya.
Meski begitu, hedonisme tidak selalu buruk. Dalam porsi wajar, ia bisa menjadi bentuk penghargaan pada diri sendiri.
Kesimpulannya, hedonisme modern adalah paradoks. Ia bisa memberi kebahagiaan sementara, tapi tanpa keseimbangan bisa menguras finansial dan mental.