Air adalah sumber kehidupan, namun kini justru menjadi sumber konflik. Dengan populasi dunia yang terus bertambah dan perubahan iklim yang memperparah kekeringan, muncul kekhawatiran bahwa abad ini akan ditandai dengan perang air.
Beberapa wilayah dunia sudah merasakan dampaknya. Di Timur Tengah, sungai-sungai besar seperti Eufrat dan Tigris terus menyusut, memicu persaingan antarnegara untuk mendapatkan pasokan air yang layak.
Afrika Sub-Sahara juga menghadapi krisis air parah. Kekeringan panjang membuat jutaan orang kesulitan mengakses air bersih, sementara waduk dan danau menyusut drastis.
Di Asia Selatan, India dan Pakistan kerap berselisih soal penggunaan air Sungai Indus. Ketegangan ini rawan berkembang menjadi konflik terbuka jika tidak ada kesepakatan bersama.
Air bukan hanya soal kebutuhan rumah tangga. Ia juga vital bagi pertanian dan industri. Kekurangan air bisa memicu krisis pangan global, menambah ketidakstabilan ekonomi.
Organisasi dunia seperti PBB sudah lama memperingatkan ancaman ini. Namun, upaya mediasi sering terhambat oleh kepentingan politik dan ekonomi masing-masing negara.
Solusi ada pada kerja sama regional, teknologi pengolahan air, serta kebijakan konservasi. Desalinasi laut dan daur ulang air limbah bisa jadi penyelamat, tapi biaya tinggi membuatnya sulit dijangkau negara miskin.
Kesimpulannya, krisis air dunia adalah ancaman nyata. Tanpa langkah serius, perang air bisa menjadi kenyataan, menjadikan konflik sumber daya ini lebih berbahaya daripada perebutan minyak di abad lalu.